Arsitek lanskap

Mengulas lansekap gereja HKTY ganjuran yogyakarta

Sebelum kita membahas secara mendalam lanskap mari kita mulai dengan sedikit sejarah tentang gereja ini, keberadaan gereja ini tak lepas dari perkembangan industri gula di daerah bantul yang begitu besar, kedatangan pendatang dari eropa membawa kebudayaan dan kepercayaan bersamanya juga, pembangunan gereja ini syarat dengan inkulturisasi kebudayaan masyarakat jawa, berbagai fasilitas gereja tidak lumrah pun muncul, kenapa tidak lumrah karena sepandangan saya, banyak pendefinisian gereja di kalimantan dan jawa berorientasi pada eropa, tentu kata-kata ini mungkin akan berubah kalo saya sering jalan- jalan hahaha. 
    Sehingga menjadi sangat menarik dan cantik, dari gereja ini kita dapat mengerti dimensi waktu dan budaya ketika itu, betapa begitu romantis nya sang perancang, mendefinisikan keindahan kebudayaan dalam bentuk citra dan gatra, kalo bahasa nya belepotan saya mohon maaf, baru-baru ini saya merasa menjadi mestro dan penyair saat membaca buku Romo mangun wijaya dan made wijaya,

Awal memasuki kompleks Gereja, kita langsung disambut pintu gerbang bersepuh batu alam yang menarik, gerbang ini bagaikan dinding grafiti hasil akumulasi kebudayan yang pernah hidup dalam masyarakat sekitar, seperti  ukiran merpati pada bagian atas yang dimaknai sebagai roh kudus dalam agama Katolik, citra relik memiliki rasa penghayatan manusia india, bagian tampak makin tampak indah dengan kehadiran bunga lotus pada vas air, alas atau padestal yang menumpu pun serat makna dengan ukiran yang tidak sana satu dengan lainnya

Setelah melewati gerbang, terdapat dinding yang memiliki relief sejarah awal berdirinya kompleks Gereja HKTY Ganjuran, aksen warna material yang kontras memudahkan identifikasi visual, tumbuhan kucai mini pada bagian bawah bagai pedestal yang menyokong dinding relief, penggunaan lainnya juga sebagai batas privasi visual, aksen rancangan dinding seperti ini dapat kita temukan juga pada Masjid Kotagede, pada bagian kanan pot bunga gelombang cinta digunakan sebagai pembatas portabel hahaha

Hmmm terdapat tanaman indah di pot yang tidak saya ketahui namanya, tanaman ini begitu harmoni menyatu dengan lingkungan sekitar, kesuburan nya membawa kesan menyejukan, dan dibawahnya terdapat rumput gajah  berkalborasi dengan tanaman yang tidak saya ketahui juga hahaha, masih harus banyak belajar nampak nya, kerimbunan ini tak lepas dari renggang nya tajuk pohon pinus yang memberi cahaya tanaman dibawah nya, hal itu tak disia siakan oleh rumput gajah yang semerbak tumbuh

Nah disini menurut saya merupakan elemen menarik yang mungkin akan jarang ditemui pada gereja lainnya yaitu keren air, pertama kali pada tahun 2012 saya berpikiran keran air ini untuk minum pengunjung atau membersihkan diri sebelum ke candi, tetapi yakin pun belum didapat sampai akhir ini, kemudian terbesik sejarah beridiri nya gereja yang lekat dengan masyarakat agraris yang hidup dengan bertani, sehingga saya menyimpulkan keran ini pada awal nya digunakan untuk membersihkan diri sebelum mengikuti ibadah, kemudian yang menarik adalah menara lonceng yang berkonfigurasi menjadi akses ke area belakang, dibanyak tempat menara lonceng menjadi area mati yang hanya digunakan sebagai satu fungsi sekitar tangga terdapat tanaman agave dan pandang yang memberikan sentuhan intah pada area tangga sehingga tidak terlihat sepi, sekian perjalanan di ganjuran kwkwkwk 

Sumber ilustrasi :

– Kartika Sukarto. 
– Farano Gunawan, Romo 
– Pribadi penulis

Komentar on Mengulas lansekap Gereja HKTY Ganjuran, Yogyakarta

Tinggalkan komentar

WhatsApp chat